Prinsip kerja Helikopter
Helikopter
bisa terbang karena gaya angkat yang dihasilkan oleh aliran udara
yang dihasilkan dari bilah-bilah baling-baling rotornya. Baling-baling
itu yang mengalirkan aliran udara dari atas ke bawah. Aliran udara
tersebut sedemikian deras sehingga mampu mengangkat benda seberat
belasan ton. Teorinya sebenarnya cukup sederhana namun prakteknya
rumit.
Airfoil
Pada
dasarnya, prinsip dasar terbang dari pesawat bersayap tetap (fixed
wing) dengan helikopter yang dikenal juga pesawat bersayap putar pada
dasarnya tetap. Kuncinya ada pada dua kekuatan besar yang bekerja
terpadu, menghasilkan gaya angkat dan daya dorong yang besar.
Pada
pesawat bersayap tetap Kekuatan pertama dihasilkan oleh aliran udara
di permukaan sayapnya yang membentuk sudut datang tertentu dengan flap
yakni sayap kecil di belakang sayap yang posisinya ditegakkan.
Sehingga aliran udara mengalir deras ke belakang bisa diarahkan balik
ke atas. Udara yang mengalir di permukaan sayap bagian bawah menekan
permukaan sayap yang relatif datar itu ikut menekan ke atas menimbulkan
gaya angkat dan menyebabkan pesawat terangkat ke atas. Paling kurang
15 persen dari seluruh gaya yang dihasilkan, dipergunakan untuk
mengangkat badan pesawat ke atas.
Kekuatan
besar lainnya adalah gaya dorong yang dihasilkan aliran udara yang
ada di permukaan sayap bagian atas yang bentuknya relatif lengkung.
Ketika aliran udara yang dihasilkan oleh mesin mengalir ke belakang
dan melalui sayap utama maka aliran udara itu terpecah. Aliran udara
yang mengalir di atas permukaan sayap bagian atas lebih deras dari
aliran udara yang menerpa di permukaan sayap bagian bawah. Tetapi
tekanan udara yang mengalir deras di atas permukaan sayap atas, relatif
lebih kecil dibanding dengan tekanan udara di permukaan sayap bagian
bawah yang justru alirannya kurang deras.
Perbedaan tekanan udara ini yang menyebabkan sayap pesawat terangkat ke atas. Untuk membayangkan seberapa besar gaya angkat itu, secara teori menyebutkan bahwa perbedaan tekanan udara sebesar 2.5 ounce per inci persegi dapat menghasilkan gaya angkat 20 pound per kaki persegi ( 1 kaki = 20 cm). Bisa dihitung, kalau luas sayap pesawat 1000 kaki persegi maka gaya angkat yang dihasilkan akan mencapai 10 ton.
Perbedaan tekanan udara ini yang menyebabkan sayap pesawat terangkat ke atas. Untuk membayangkan seberapa besar gaya angkat itu, secara teori menyebutkan bahwa perbedaan tekanan udara sebesar 2.5 ounce per inci persegi dapat menghasilkan gaya angkat 20 pound per kaki persegi ( 1 kaki = 20 cm). Bisa dihitung, kalau luas sayap pesawat 1000 kaki persegi maka gaya angkat yang dihasilkan akan mencapai 10 ton.
Pada
helikopter, fungsi sayap digantikan oleh baling-baling yang setiap
baling-balingnya meski berukuran lebih kecil dari sayap pesawat biasa,
namun ketika diputar, curvanya relatip sama dengan sayap pesawat.
Untuk mendapatkan gaya angkat, baling-baling rotor harus diarahkan pada
posisi tertentu sehingga dapat membentuk sudut datang yang besar.
Prinsipnya sama dengan pesawat bersayap tetap, pada helikopter ada dua gaya besar yang saling memberi pengaruh. Aliran udara yang bergerak ke depan baling-baling menekan baling-baling sehingga bilah baling-baling terdorong balik ke belakang menghasilkan suatu gaya angkat kecil.
Tetapi ketika ketika aliran udara bergerak cepat melewati bagian atas dan bawah bilah-bilah baling-baling, tekanan udara yang besar diantara baling-baling otomatis akan mengembang ke seluruh permukaan yang bertekanan lebih rendah, menyebabkan baling-baling terdorong ke atas dan helikopterpun terangkat. Yang perlu diingat, meski bilah-bilah baling-baling itu hanya beberapa lembar, namun dalam keadaan berputar cepat, ia akan membentuk suatu permukaan yang rata dan udara yang menekannya ke atas menimbukan tekanan besar yang akhirnya menghasilkan gaya angkat yang besar pula. Prinsip ini sama dengan fungsi propeler pada pesawat bermesin turboprop dan sama pula dengan "kitiran" mainan anak-anak itu.
Prinsipnya sama dengan pesawat bersayap tetap, pada helikopter ada dua gaya besar yang saling memberi pengaruh. Aliran udara yang bergerak ke depan baling-baling menekan baling-baling sehingga bilah baling-baling terdorong balik ke belakang menghasilkan suatu gaya angkat kecil.
Tetapi ketika ketika aliran udara bergerak cepat melewati bagian atas dan bawah bilah-bilah baling-baling, tekanan udara yang besar diantara baling-baling otomatis akan mengembang ke seluruh permukaan yang bertekanan lebih rendah, menyebabkan baling-baling terdorong ke atas dan helikopterpun terangkat. Yang perlu diingat, meski bilah-bilah baling-baling itu hanya beberapa lembar, namun dalam keadaan berputar cepat, ia akan membentuk suatu permukaan yang rata dan udara yang menekannya ke atas menimbukan tekanan besar yang akhirnya menghasilkan gaya angkat yang besar pula. Prinsip ini sama dengan fungsi propeler pada pesawat bermesin turboprop dan sama pula dengan "kitiran" mainan anak-anak itu.
Beberapa helikopter yang digunakan dalam perang, seperti Mi-26 Hind
misalnya dilengkapi dengan sayap kecil yang disebut canard, fungsi
pertamanya untuk meringankan beban rotor utama dan yang kedua untuk
meningkatkan laju kecepatan dan memperpanjang jangkauan jelajah. Fungsi
lain adalah sebagai gantungan senjata, rudal dan lain-lainnya. Dengan
menambahkan sayap pendek ini, maka perbedaan fungsional antara pesawat
tetap dengan helikopter menjadi samar. Pesawat bersayap tetap juga
ada yang mampu terbang-mendarat secara vertikal (Vertical Take-off
Landing/VTOL). Contonya, Harrier dari jenis Sea Harrier atau AV-8 Harrier.
Kelebihan
pesawat bersayap tetap, terutama soal terbangnya karena pesawat
berjenis ini memiliki platform yang lebar sehingga relatif lebih stabil
saat melakukan penerbangan. Soal menerbangkannya, itu persoalan
mengatur kemudi guling pada sayap dan stabilizer tegak dan datar yang
ada pada ekornya. Tetapi pada Helikopter tidaklah demikian. Ketika
bilah-bilah baling-baling rotornya menghasilkan gaya angkat rotornya
sendiri sendiri bekerja memindahkan udara di atasnya ke bawah sebanyak
banyaknya.
Disaat itu berat udara yang dipindahkan mengurangi berat helikopter sehingga helikopter itu terangkat. Dan bila helikopter itu terangkat, berarti terjadi keseimbangan berat antara udara yang dipindahkan dari atas ke bawah dengan bobot helikopternya. Untuk mengoperasikan helikopter itu ada alat kemudi yang biasa disebutcollective pitch dan cyclic pitch masing-masing berfungsi sebagai pengatur gaya angkat dan pendorong helikopter untuk melaju ke depan. Begitu sederhana cara kerjanya, tetapi mentransformasikannya dalam sebuah teknologi sungguh pekerjaan yang sangat rumit.
Disaat itu berat udara yang dipindahkan mengurangi berat helikopter sehingga helikopter itu terangkat. Dan bila helikopter itu terangkat, berarti terjadi keseimbangan berat antara udara yang dipindahkan dari atas ke bawah dengan bobot helikopternya. Untuk mengoperasikan helikopter itu ada alat kemudi yang biasa disebutcollective pitch dan cyclic pitch masing-masing berfungsi sebagai pengatur gaya angkat dan pendorong helikopter untuk melaju ke depan. Begitu sederhana cara kerjanya, tetapi mentransformasikannya dalam sebuah teknologi sungguh pekerjaan yang sangat rumit.
Tail rotor
Begitu
pula halnya dengan konfigurasi rotor, bukan hanya sekedar bisa
berputar lalu terbang dan mengambang. Sebab setap baling-baling diputar
akan selalu menimbulkan tenaga putaran yang disebut dengan istilah
umum torque. Untuk menghilangkan atau menangkal tenaga putar yang bisa
menyebabkan badan helikopter itu berputar, maka perlu dipasang
antitorque.
Antitorque
ini dapat berupa tail rotor atau rotor ekor yang dipasang pada ekor
pesawat yang juga berfungsi sebagai rudder. Konfigurasi ini dapat
dilihat pada helikopter umumnya seperti Bell-412, Bell-205 atau UH-1 Huey, atau NBO-105, dan AS-330 Puma atau AS-335 Super Puma, AH-64 APACHE atau Mi-24 HIND.
Selin menggunakan tail rotor, masih ada beberapa desai yang lain.
Misalnya yang menggunakan sistem tandem seperti yang digunakan pada
helikopter Boeing CH-47 Chinook atau CH-46 Sea Knight.
Kedua rotor tersebut yang bersama-sama berukuran besar masing-masing ditempatkan di depan dan di belakang badan helikopter. Keduanya simetris namun memiliki putaran yang berlawanan arah . Maksudnya untuk saling meniadakan efek putaran yang ditimbulkan satu sama lain, intermesh dalam bahasa populernya. Cara lain adalah dengan konfigurasi egg-beater.
Konfigurasi rancang bangun seperti ini digunakan pada helikopter Ka-25 Kamov buatan Rusia atau Kaman HH-43 Husky. Kedua baling-baling yang sama besarnya itu diletakkan dalam satu poros, terpisah satu sama lain dimana yang satu diletakkan diatas rotor lainnya. Keduanya berputar berlawanan arah. Maksudnya untuk menghilangkan efek putaran atau torque.
Kedua rotor tersebut yang bersama-sama berukuran besar masing-masing ditempatkan di depan dan di belakang badan helikopter. Keduanya simetris namun memiliki putaran yang berlawanan arah . Maksudnya untuk saling meniadakan efek putaran yang ditimbulkan satu sama lain, intermesh dalam bahasa populernya. Cara lain adalah dengan konfigurasi egg-beater.
Konfigurasi rancang bangun seperti ini digunakan pada helikopter Ka-25 Kamov buatan Rusia atau Kaman HH-43 Husky. Kedua baling-baling yang sama besarnya itu diletakkan dalam satu poros, terpisah satu sama lain dimana yang satu diletakkan diatas rotor lainnya. Keduanya berputar berlawanan arah. Maksudnya untuk menghilangkan efek putaran atau torque.
Selain ketiga cara diatas, dibuat juga konfigurasi tanpa rotor ekor.
Helikopter ini desebut NOTAR (No Tail Rotor) ini memiliki sistem yang sedikit berbeda dengan sistem yang ada dimana memanfaatkan semburan gas panas dari mesin utama yang disalurkan melalui tabung ekor. Contohnya adalah helikopter MD-902 Explorer.
Helikopter ini desebut NOTAR (No Tail Rotor) ini memiliki sistem yang sedikit berbeda dengan sistem yang ada dimana memanfaatkan semburan gas panas dari mesin utama yang disalurkan melalui tabung ekor. Contohnya adalah helikopter MD-902 Explorer.
Rotor Aktif atau Tilt Rotor dan Sayap Aktif atau Tilt Wing
Tinggal
landas dan mendarat ala helikopter tetapi berkarakter terbang macam
pesawat bersayap tetap merupakan konsep yang dianut oleh helikopter
jenis ini. Cara paling mudah adalah menggabungkan konsep kerja pesawat
helikopter dengan pesawat bersayap tetap dalam satu wujud.
Prinsip
kerjanya secara teknis bila rotor utama diarahkan ke atas maka
gerakan vertikal yang dilakukan helikoter dapat dilakukan sedangkan
saat rotor diarahkan ke depan atau ke belakang (sebagai pursher atau
pendorong) maka karakter terbang seperti pesawat tetap dapat diperoleh.
Gerakan rotor seperti ini tidak perlu melibatkan sayap.
Sebenarnya
pengembangan rotor aktif ini masih diliputi kegamangan, masalahnya
adalah sistem tadi bisa saja disebut pesawat bersayap tetap karena
memiliki sayap yang berlumayan besar, sekaligus memiliki ekor pesawat
yang berkonfigurasi dengan pesawat bersayap tetap biasa. Akhirnya
konsep ini disebut dengan konsep hybrid. Contoh helikopter ini adalah V-22 Osprey.
Selain konsep rotor aktif, ada pula konsep sayap aktif, dimana yang digerakkan bukanlah rotor seperti pada rotor aktif melainkan sayap pesawatnya. Sementara mesin tetap pada kedudukannya. Contoh helikopter ini adalah TW-68 yang dirancang oleh Ishida Corporation, Jepang, Rancangan ini disebut-sebut sebut sebagai memiliki rancangan yang lebih ringkas dibandingkan dengan rotor aktif hanya sayangnya keberlanjutannya tidak begitu terdengar.
Selain konsep rotor aktif, ada pula konsep sayap aktif, dimana yang digerakkan bukanlah rotor seperti pada rotor aktif melainkan sayap pesawatnya. Sementara mesin tetap pada kedudukannya. Contoh helikopter ini adalah TW-68 yang dirancang oleh Ishida Corporation, Jepang, Rancangan ini disebut-sebut sebut sebagai memiliki rancangan yang lebih ringkas dibandingkan dengan rotor aktif hanya sayangnya keberlanjutannya tidak begitu terdengar.
Kursi Lontar pada Helikopter
Dibandingkan
pada pesawat biasa khususnya pesawat tempur, pesawat helikopter
umumnya tidak dilengkapi dengan kursi lontar. Hal ini disebabkan karena
masalah menghadapi rotor helikopter saat meluncurkan kursi lontar
sekaligus umumnya helikopter terbang lebih rendah sehingga lebih
rentan.
Namun demikian pada helikopter Rusia, Kamov Ka-50 Hokum yang menggunakan kursi lontar yang dirancang khusus seperti Zvesda K-37-800. Langkah kerjanya adalah ketika kursi lontar diaktifkan, maka rotor diledakkan dan lepas dari kedudukannya, kemudian kedua sisi atas kaca kokpit membuka dan roket penarik aktif yang menarik pilot dan kirsinya keluar dari badan heli. Meski dirasa rumit, Helikopter masa depan akan dilengkapi dengan kursi lontar
Namun demikian pada helikopter Rusia, Kamov Ka-50 Hokum yang menggunakan kursi lontar yang dirancang khusus seperti Zvesda K-37-800. Langkah kerjanya adalah ketika kursi lontar diaktifkan, maka rotor diledakkan dan lepas dari kedudukannya, kemudian kedua sisi atas kaca kokpit membuka dan roket penarik aktif yang menarik pilot dan kirsinya keluar dari badan heli. Meski dirasa rumit, Helikopter masa depan akan dilengkapi dengan kursi lontar
Penemuan Helikopter
Sebenarnya,
perjalanan helikopter menjadi bentuk yang dikenal pada saat ini
memakan kurun waktu yang cukup panjang. Dalam perjalanannya, juga
melibatkan perkembangan teknologi dan juga para penemu serta pengembang
helikoter.
Helikopter pertama yang menerbangkan manusia adalah Helikopter Breguet-Richet, tahun 1907. Heli ini terbang di Douai,
Perancis pada 29 September 1907. Helikopter ini masih memperoleh
bantuan dari empat orang yang memegangi keempat kakinya. Upaya ini
tidak memperoleh catatan baik sebagai helikopter pertama yang terbang
bebas. Walaupun demikian, helikopter ini membuktikan keberhasilan
teori terbang vertikal yang saat itu masih dianggap sebagai teori. Ini
merupakan mesin pertama yang bisa terbang dengan sendirinya membawa
seorang pilot secara vertikal sebagai akibat daya angkat sayap
putarnya. Heli ini menggunakan mesin Antoinette berkekuatan 50 hp.
Terbang heli sesungguhnya dilakukan oleh Paul Cornu menggunakan heli bermesin ganda Antoinette 24 hp di Lisieux, Perancis pada 13 November 1907. Penerbangan berlangsung 20 detik hingga ketinggian 0,3 Meter. Sedangkan Helikopter berjenis Gyroplane pertama diraih oleh C4 Autogiro buatan Juan de la Cierva.
Autogiro terbang pertama pada 9 Januari 1923]]. Rahasia sukses pada
pengadopsian sistem flapping hinges joint the blades to the rotor head.
Sementara helikopter yang sukses terbang pertama dilakukan oleh jenis Fock Wulf FW-61 berotor ganda yang didesain oleh Professor Heinrich Focke pada tahun 1933-1934. Helikopter ini melakukan terbang perdananya pada 26 Juni 1936 dan ditenagai oleh mesin Siemens-Halske Sh 14A bertenaga 160 hp. Heli ini diterbangkan oleh Ewald Rohlfs. Heli ini mencatat rekor terbang sejauh 122,35 km dan lama terbang satu jam 20 menit 49 detik. Pada waktu lain ia terbang hingga ketinggian 3427 meter dan rekor kecepatan 122 km/jam.
Sementara helikopter yang sukses terbang pertama dilakukan oleh jenis Fock Wulf FW-61 berotor ganda yang didesain oleh Professor Heinrich Focke pada tahun 1933-1934. Helikopter ini melakukan terbang perdananya pada 26 Juni 1936 dan ditenagai oleh mesin Siemens-Halske Sh 14A bertenaga 160 hp. Heli ini diterbangkan oleh Ewald Rohlfs. Heli ini mencatat rekor terbang sejauh 122,35 km dan lama terbang satu jam 20 menit 49 detik. Pada waktu lain ia terbang hingga ketinggian 3427 meter dan rekor kecepatan 122 km/jam.
Pionir pengembang teknologi Helikopter
Leonardo da Vinci (1452-1519)
Leonardo
da Vinci sebenarnya mengembangkan konsep terbang vertikal yang
sebelumnya merupakan mainan anak-anak dari dataran Cina, tidak jelas
sebenarnya sejak kapan mainan anak-anak ini dikembangkan disana dan
siapa inisiatornya atau penemunya. Pada tahun 1483 Leonardo da Vinci
mengembangkan konsep sekrup terbang.
Sir Goerge Cayley (1773-1857)
Sir
George Cayley dikenal sebagai insinyur dan inovator dalam navigasi
udara dan aerodinamika. Salah satu yang dikenalkannya adalah istilah
angle of attack dalam dunia penerbangan. Dalam sejarah, dia merupakan
sosok yang mengembangkan pesawat sayap tetap dan pesawat layang atau
glider namun demikian dia mengembangkan sayap putar atau helikopter.
Helikopter yang diperkenalkannya merupakan kompilasi dari bahan kayu,
bulu, gabus dan kawat.
Pada
1842, Cayley mendesain helikopter lebih baik , khususnya ketika
mengetahui bahwa putaran baling-baling dapat menimbulkan petaka sehingga
memerlukan penangkalnya. Teori penangkal ini juga dikemukakan
olehnya. Agar bisa terbang, helikpter ini menempatkan dua rotor yang
bergerak berlawanan arah. Meski helikopter rancangannya belum berwujud
dengan helikopter yang mengudara, konsep helikopternya dipakai oleh
Kamov dari Rusia dan Focke dari Jerman.
Nikolai Egorovich Zhikovsky (1847-1921)
Zhukovsky
mengawali karir di dunia penerbangan dengan menekuni matematika,
hidrodinamika dan aerodinamika. Zhukovsky kemudian menemukan terowongan angin
pertama di dunia untuk menguji teknologi aerodinamika. Terjun dalam
pengembangan helikopter pada tahun 1910 dan pada Perang Dunia I
mengembangkan banyak pesawat terbang dan helikopter
Juan de la Cierva (1895-1936)
Cierva
mengembangkan helikopter setelah pesawat pembom bersayap ganda
buatannya jatuh pada tahun 1919, alasannya adalah kestabilan helikopter
dianggapnya lebih tinggi. Dalam membangun rancangan helikopternya,
Cierva mengabaikan berbagai teori yang berkembang sebelumnya, dengan
menggunakan rancangan-rancangan baru buatannya yang didasarkan pada
teori yang dikembangkannya lewat berbagai eksperimen. Hasinya adalah
Autogiro yang merupakan konsep pesawat gado-gado antara pesawat terbang
umumnya sehingga bisa melakukan terbang landas secara vertikal, yang
setengah pesawat terbang dan setengah helikopter. Autogiro Cierva
terbang pada 1923. Lima tahun kemudian Cierva melakukan penerbangan
keliling Eropa dengan Autogiro sejauh lebih dari 5000 km seraya
berpromosi. Upayanya tidak sia-sia karena Autogiro rancangannya banyak
diminati sejumlah industri di Eropa. Cierva meninggal dalam
kecelakaan Autogiro di Croydon pada tahun 1936.
Igor Ivanovich Sikorsky (1889-1972)
Sikorsky
menaruh minat pada penerbangan dengan merancang berbagai pesawat
model diantaranya berupa helikopter sejak usia dini. Pada awalnya dia
masuk Naval Academy di St. Petersburg yang kemudian mengundurkan diri
dan pergi ke Paris untuk mendalami ilmu teknik dan penerbangan.
Setelah dari Paris, dia kembali ke Kiev, Ukraina dan mengembangkan
helikopter namun gagal. Revolusi Bolshevik memaksa Sikorsky hijrah ke Paris dan selanjutnya menetap di Amerika Serikat.
Pada tahun 1939 dia menerbangkan helikopter pertamanya VS-300
dan selama pengembangannya, helikopternya mencatat berbagai rekor
penerbangan. Sampai memasuki abad ke-21 ada sekitar 40.000 helikopter
buatan Sikorsky terbang diberbagai belahan dunia ini.
Mikhail Mill (1909-1970)
Seperti
halnya Sikorsy, Mill menaruh minat pada penerbangan diusia dini. Dia
memenangkan kompetisi pesawat model pada usia 12 tahun. Ia kemudian
masuk ke Insitut Aviasi di Novocherkassk dan
mengembangkan autogiro pertamanya dengan pengawasan dan bimbingan
Kamov dan Skrzhinsky. Setelah lulus pada 1931, dia masuk ke pusat
aerodinamika Rusia TsAGi, dan disinilah melakukan penelitian pada
aerodinamika helikopter dengan penekanan pada stabilitas dan desain
rotor.
Pada tahun 1947, Mil diangkat menjadi kepala desain helikopter yang baru dan memunculkan helikopter GM-1 yang dikenal menjadi Mi-1 Hare. Sukses Hare menuntun pengembangan helikopter selanjutnya yang sangat terkenal seperti Mi-4, Mil Mi-6 Hook, Mi-8 dan lain-lain.
Yum Soemarsono (1916-1999)
Yum
Soemarsono dikenal sebagai bapak helikopter Indonesia. Berbeda dengan
penemu dan pengembang helikopter lainnya, dia mengembangkan
helikopter sendiri berdasarkan pengalaman dan intuisi serta
keterampilannya yang tidak diperoleh dari pendidikan tinggi.
Rancangannya berupa Rotor Stabilizer dibuatnya hanya berdasarkan
intuisi.
Helikopter pertama
rancangannya adalah RI-H yang selesai pada tahun 1948 namun tidak
sempat diterbangkannya karena lokasi pembuatannya di Gunung Lawu dibom
Belanda pada saat Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Heli kedua adalah
YSH yang dirancang bersama Soeharto dan Hatmidji, selesai pada tahun
1950 dan melayang setinggi 10 cm di lapangan Sekip Yogyakarta.
Sementara Helikopter ketiga adalah Seomarcopter yang berhasil terbang
ketinggian 3 meter sejauh 50 meter dengan mesin berdaya 60 hp pada
1954. Helikopter ke empat adalah Kepik yang ironisnya mengalami
kecelakaan dan menyebabkan kehilangan tangan kirinya dan sekaligus
menewaskan asistennya, Dali. Nama kepik sendiri adalah nama pemberian
presiden Republik Indonesia pertama Soekarno.
Kehilangan
tangan kirinya membuatnya menemukan suatu alat yang dinamakan
throttle collective device untuk mengganti tangan kirinya yang putus,
sehingga penerbang cacat masih mampu menerbangkan helikopter. Alat ini
digunakan untuk mengangkat dan memutar collective, salah satu kemudi
yang terletak pada sisi kiri penerbang. Semula hanya didesain untuk
helikopter jenis Hiller, namun kemudian dikembangkannya untuk dipakai
pada helikopter Bell 47G dan Bell 47J2A, hadiah dari Solichin GP.
Meski alat ini kemudian diminati oleh pabrik helikopter Bell di
Amerika Serikat, tidak ada kejelasan selanjutnya mengenai pengembangan
alat ini dan sekaligus juga hak patennya. Beliau meninggal pada 5
Maret 1999.
wikipedia
wikipedia
Sumber: http://www.yaiyalah.com
0 komentar:
Posting Komentar