Mereka membawa poster dan spanduk besar dalam kegiatan yang cukup menyita perhatian pengguna jalan itu. Spanduk besar yang dibawa bertuliskan ‘Jangan salahkan baju kami. Hukum si pemerkosa’. Poster yang diusung antara lain bertuliskan ‘My rok is my right’ dan ‘Don’t tell us how to dress. Tell them not to rape’.
“Jangan salahkan rok mini kami. Salahkan otaknya,” ujar salah seorang orator.
Jawaban pihak lelaki:
“Tolong, jangan provokasi otak kami dengan rok mini kalian!”, Jawab dengan tegas.
Jawaban pihak perempuan (pemakai rok mini):
“Jangan salahkan rok mini kami, salahkan otaknya!”, Jawab dengan tidak kalah tegas.
Jawaban lain pihak perempuan:
“Ada yang nyaman dan percaya diri dengan memakai rok mini, tapi saya yakin mereka tidak mengharapkan untuk diperkosa.”
“Ada yang senang dengan pandangan kagum para pria, tapi saya yakin mereka tidak mengharapkan untuk diperkosa.”
Well, disini saya akan memberikan contoh kasus secara logis tanpa membawa unsur agama apapun:
Contoh kasus:
1. Sebuah motor agak butut dipinggir jalan.
Kunci sudah kepasang..
Mesin sudah nyala…
Yg punya sedang dalam posisi jauh banget…
Lewatlah seorang pria yang mau jalan-jalan… Terbit niat mencuri.. Motor dicuri..
kesimpulan : Yang salah pencuri dan pemilik motor.
2. Cewek cakep, masih muda,
Ditengah hutan…
sendirian..
pakai rok mini + baju seksi terbuka (tempat dan busana gak matching)
Lewatlah seorang pria penggembala yg mau nyari pakan kambing.. Terbit niat… pelecehan seks / perkosaan…
kesimpulan : Yang salah pria penggembala sendiri atau pria penggembala dan ceweknya??
Akhir kesimpulannya percayalah apa kata Bang Napi.
Kejahatan bukan hanya karena adanya niat, tapi adanya kesempatan.
Lalu sekarang siapa yang benar-benar salah? Bagaimanapun yang benar-benar salah adalah pihak pertama yang memulai (pelaku/tersangka) biasanya pihak pria, namun alangkah baiknya sebelum semuanya terjadi selalulah waspada menjaga diri sendiri tanpa menimbulkan kesempatan. Bagaimana menurut Anda ?
0 komentar:
Posting Komentar